Kisah Guru Budi Madura dan Hilangnya Nurani
Pekan lalu kita dikejutkan dengan peristiwa tragis yang dialami rekan sejawat kita. Bapak Ahmad Budi Cahyono, beliau seorang guru seni di SMAN 1 Trojun Sampang Madura. Guru Budi, Guru yang masih teramat muda, yang mendedikasikan ilmunya untuk sesama. Kisah Guru Budi ini ternyata harus berakhir karena hilangnya nurani dari anak didiknya sendiri. Guru Budi yang teramat muda ini mengajar pada mata pelajaran seni kelas XI di sekolahnya. Kisah Guru Budi mengundang banyak keprihatinan dari banyak kalangan. Mulai kalangan seprofesi maupun khalayak ramai umumnya.
Baca juga : Program 5 Hari Sekolah, Efektifkah ?
Tragedi yang menimpa Guru Budi berawal ketika Guru Budi tengah mengajar peserta didiknya di dalam ruang kelas XI mata pelajaran lukis. Ketika mengajar inilah seluruh siswa mengerjakan tugas yang diberikan Guru Budi. Kecuali satu siswanya yang berinisial MH. Yang bersangkutan bukannya mengerjakan tetapi justru malah mengganggu teman-temannya yang sedang mengerjakan tugas.Tindakan MH inilah yang membuat Guru Budi menegur siswa MH untuk tidak mengganggu teman-temannya dan mengerjakan tugasnya. Namun bukannya berhenti mengganggu teman dan mengerjakan tugas, tetapi MH malah kembali mencorat coret tugas temannya. Sontak hal inilah yang membuat Guru Budi mencoret pipi yang bersangkutan dengan kuas.
MH diperlakukan demikian malah marah dan berdiri memukuli Guru Budi dan pukulannya ternyata mengenai pelipis Guru Budi. Bahkan MH bukan berhenti melakukan aksi tercela ini tetapi mencegat Guru Budi dan kembali menganiayanya kembali. Ketika sampai di rumah, Guru Budi pingsan dan dilarikan ke RS dr Soetomo Surabaya, namun nyawa Guru Budi tidak tertolong lagi. Innaalillahi wainnaa ilaihi raajiun. Semoga Husnul Khatimah Guru Budi.
Peristiwa yang menimpa Guru Budi mengingatkan kepada kita tentang kerisauan Profesor Naquib Al-Attas. Beliau mengatakan bahwa akan adanya loss of Adab. Dan hal itu bisa kita buktikan kebenarannya bahwa kerisauan beliau tentang hilangnya adab itu benar-benar terjadi. Dunia pendidikan yang seharusnya membentuk manusia menjadi insan kamil tetapi justru menyisakan kisah pilu karena hilangnya adab dari pendidikan kita ini.
"Saudara telah membawa satu risalah, satu missi jang sutji dalam perlumbaan hidup jang begitu menghebat seperti sekarang, Boleh saudara-saudara menganggap bahwa perbuatan itu tidak berarti, akan tetapi kalau dilihat dalam hubungan jang lebih luas, saudara-saudara nanti akan merasakan, bahwa saudara-saudara adalah pradjurit dari suatu pekerdjaan sutji jang menghendaki kepada meniadakan diri, jang menghendaki djiwa jang ichlas dan sutji" Pidato M. Natsir dalam Resepsi Konferensi Guru Taman Pendidikan Islam, tanggal 20 September 1951).
Selamat jalan Guru Budi...
Terpujilah wahai engkau bapak ibu guru...
Engkau pelita dalam kegelapan...
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan...
Engkau patriot pahlawan bangsa...
Engkau pahlawan tanpa tanda jasa...