Tips Keluarga Bahagia : Ciptakan Rumah Surga Tanpa Teriakan
Rumah tangga adalah miniatur terkecil dalam sebuah bangsa. Untuk menjadikan bangsa yang kokoh maka diperlukan keluarga-keluarga yang kokoh pula. Memimpikan sebuah bangsa yang bahagia dan sejahtera maka bermula dari keluarga yang bahagia dan sejahtera pula. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut maka dibutuhkan upaya dan tekad yang kuat dalam diri setiap kita. Untuk itulah mari kita mulai dari keluarga kita untuk menggapai impian indah tersebut. Tulisan ini merupakan tips keluarga bahagia, ciptakan rumah syurga tanpa teriakan. Semoga bermanfaat.
Baca Juga :
Kita semua pasti memiliki keinginan untuk mendapatkan keluarga yang bahagia dunia akhirat. Semua orang menginginkan rumah tangga sebagai miniatur syurga di dunia agar para penghuninya betah di rumah. Tentu ini bukan sebuah impian yang impossible tetapi ini sangat possible dan bisa menjadi dream comes true. Tentu saja untuk menggapai kenyataan mimpi tersebut harus diiringi dengan tekad kuat dan iktiar yang optimal.
Ciri utama penduduk syurga diantaranya adalah berbicara dengan lemah lembut. Berarti juga berbicara dengan tidak berteriak atau dengan suara yang lantang ( keras) atau bahkan dengan membentak. Terkait dengan membentak ini, sudah ditegaskan dalam Al Quran sebagai kebiasaan penghuni neraka.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
"Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu..." (QS. Fathir : 37)
Maka jika ada teriakan atau suara keras, bentakan, hardikan di dalam rumah, itu berarti suasana syurga sudah berganti dengan suasana seperti di neraka. Hal ini menjadi indikator agar waspada karena pertanda keburukan telah hadir di rumah. Kebiasaan berteriak atau berbicara yang nada tingginya melebihi suara normal berakibat akan mengeringkan dan bahkan bisa memadamkan cinta. "Kamu tidak akan kuat, dengan kondisi seperti ini" #eeaa.
Sejatinya cinta adalah kelembutan dan tidaklah seseuatu yang disertai dengan kelembutan kecuali akan memperhiasnya, akan memperindah. Itulah kenapa bukti cinta kepada Allah Ta'ala diminta kita untuk berdzikir dengan suara yang lembut dan tidak dengan suara berteriak.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
"Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah" (QS. Al-A'raf : 205)
Tekad kita untuk menjadikan rumah tangga yang ideal laksana syurga adalah keharusan jika kita menginginkan hidup yang bahagia sejahtera. Penting bagi kita untuk selalu merindukan suasana syurga. Upaya yang kita lakukan untuk mewujudkan hal itu adalah kurangi teriakan kita di dalam keluarga kita, terlebih kepada anak-anak buah hati kita. Kebiasaan berteriak atau membentak terlebih di hadapan anak-anak akan memicu aktifnya batang otak anak.
Apa batang otak anak itu ? batang otak anak disebut juga otak reptil atau otak refleks. Hal ini menjadikan anak cenderung merespons seuatu masalah tanpa difikir terlebih dahulu. Misalnya, anak diejek temannya, anak tersebut akan refleks memukul, dijahilin teman, dia akan membalas dengan kekerasan pula. Na'udzubillahi min dzalik.
Refleks anak tersebut disebabkan batang otak anak tersebut lebih dominan, daripada korteksnya yang berguna untuk mengajak anak tersebut berfikir dahulu sebelum bertindak. Anak yang batang otaknya menebal cenderung merespons sesuatu dengan prinsip flight or fight (menghidar atau melawan).
Model anak yang seperti ini, maka solusi akan sangat sulit dan jarang didapatkan. Justru sebaliknya akan muncul pemuasan emosi semata. Maka, anak-anak yang mudah marah, tawuran, bertindak kekerasan kepada sesama, bahkan guru, besar kemungkinan karena batang otaknya cenderung yang dominan.
Dan jika kita telusuri penyebab awalnya yakni kebiasaan dibentak atau diteriaki sejak dini oleh orangtua, guru atau orang-orang disekitarnya. Akibat selanjutnya dari kebiasan berteriak ini di hadapan anak-anak adalah bisa merusak sel-sel otak anak tersebut. Dalam penelitian disebutkan, satu teriakan, bentakan kepada anak dibawah usia 5 tahun maka akan merusak dan menghancurkan 10 ribu sel otaknya dari setiap bentakan atau teriakan.
Kebiasaan keluarga atau rumah tangga syurga adalah dengan membiasakan berbicara lembah lembut, bahkan berbisik-bisik juga merupakan hal baik untuk menumbuhkan cinta orangtua dengan anaknya. Walupun kita juga harus paham, bahwa lembut bukan berarti hilang dan abaikan ketegasan kita. Kita juga harus paham bahwa ketegasan bisa kita lakukan tanpa teriakan dan bentakan.
Maka mulai dari sekarang, yuk kita buat program perbaikan diri dan keluarga dengan memasang cita-cita BAITII JANNATII, rumahku adalah syurga bagiku. Di syurga tidak ada teriakan dan tidak ada bentakan. Teriakan dan bentakan hanya dimiliki oleh penghuni neraka.
Maka itulah untuk memulai memperbaiki pola pendidikan di rumah tangga dan hubungan harmonis dalam rumah tangga kita maka kita harus memperbaiki cara kita berkomunikasi dengan pasangan, buah hati dan anggota keluarga yang lain.
"Yaa Allah, bimbinglah kami untuk menahkodai rumah tangga kami, kokoh di jalan ketaatanMU, Selalu mengikuti sunnah-sunnah nabiMU, Jadikanlah anak-anak keturnan kami menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah, jadikanlah kami menjadi ahlul JannahMU"
Allahumma innaa nas-alukal jannah wa maa qarraba ilaihaa min qaulin wa 'amalin. wa na'udzu bika minannaar wa maa qarraba ilaihaa min qaulin wa 'amalin, aamiin.