Tokoh Teladan, Semangat Menuntut Ilmu bagian 1
Menuntut ilmu yang merupakan kewajiban setiap muslim harus dilakukan dengan kesadaran, kesungguhan dan komitmen yang kuat. Hal ini dilakukan sebagai iktiyar agar keutamaan-keutamaan dalam menuntut ilmu selalu dapat kita raih secara terus menerus pula. Sebagai bahan motivasi kita berikut saya tuliskan tentang tokoh teladan dalam semangat menuntut ilmu.
- HAMKA
Dengan nama lengkap beliau Prof. Dr.H. Abdul Malik Karim Amrullah. Beliau adalah seorang ulama sekaligus sastrawan muslim. Beliau mengisi waktunya dengan menjadi wartawan, penulis dan mengajar. Beliau lahir di kampung Molek, Maninjau, Sumatra Barat pada 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta pada usia 73 tahun.
Hamka adalah ketua MUI pertama. Beliau banyak berkiprah dalam organisasi. Diantaranya beliau aktif sebagai aktifis Muhammadiyah dan terakhir sebagai Penasehat PP Muhammadiyah.
Sikap tegas, kuat memegang prinsip adalah karakter utama Buya Hamka. Terlebih ketika rezim orde lama punya kedekatan dengan PKI, beliau mengkritik dan berujung dipenjara.
Beliau sangat aktif menulis. Diantara karya-karya beliau yang sampai saat ini sangat fenomenal di kalangan umat adalah tafsir Al Azhar yang terdiri dari 5 jilid. Beliau juga berkesempatan melawat ke berbagai negara di timur tengah. Dari hasil lawatan itu beliau berhasil menulis roman. Antara lain, Mandi Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil dan Di Tepi Sungai Daljah.
Karya lainya adalah Di Bawah Lindungan Ka'bah, Temggelamnya Kapal Van Der Wijck, Merantau ke Deli dan Di dalam Lembah Kehidupan yang merupakan roman yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastra di Malaysia dan Singapura.
Kitab Tafsir Al Quran beliau yaitu Al Azhar merupakan karya gemilang beliau. Tafsir 30 juz Al Quran tersebut salah satu dari 118 lebih karya yang dihasilkan HAMKA.
Masih banyak karya beliau yang menjadi rujukan dan materi perkuliahan ataupun bahasan keumatan lainnya. Hal ini menandakan kesemangatan beliau dalam kontribusi dan memuliakan ilmu.
Atas jasa-jasa dan karya-karyanya, HAMKA memperoleh anugerah penghargaan, yaiktu Doctor Honoris Causa dari Universitas Al Azhar Cairo (1958), Doctor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia (1958) dan gelar Datuk Indono dan Pangeran Wiroguno dari Pemerintah Indonesia.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari BUYA HAMKA. Untuk menjadi motivasi dalam semangat menuntut ilmu. Semoga kesuksesan selalu bersama an
Baja juga : Keutamaan Menuntut IlmuBeliau juga mendapat gelar BUYA yang merupakan gelar kehormatan Minangkabau. Sehingga beliau juga disebut dengan Buya Hamka.
Hamka adalah ketua MUI pertama. Beliau banyak berkiprah dalam organisasi. Diantaranya beliau aktif sebagai aktifis Muhammadiyah dan terakhir sebagai Penasehat PP Muhammadiyah.
Sikap tegas, kuat memegang prinsip adalah karakter utama Buya Hamka. Terlebih ketika rezim orde lama punya kedekatan dengan PKI, beliau mengkritik dan berujung dipenjara.
Beliau sangat aktif menulis. Diantara karya-karya beliau yang sampai saat ini sangat fenomenal di kalangan umat adalah tafsir Al Azhar yang terdiri dari 5 jilid. Beliau juga berkesempatan melawat ke berbagai negara di timur tengah. Dari hasil lawatan itu beliau berhasil menulis roman. Antara lain, Mandi Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil dan Di Tepi Sungai Daljah.
Karya lainya adalah Di Bawah Lindungan Ka'bah, Temggelamnya Kapal Van Der Wijck, Merantau ke Deli dan Di dalam Lembah Kehidupan yang merupakan roman yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastra di Malaysia dan Singapura.
Kitab Tafsir Al Quran beliau yaitu Al Azhar merupakan karya gemilang beliau. Tafsir 30 juz Al Quran tersebut salah satu dari 118 lebih karya yang dihasilkan HAMKA.
Masih banyak karya beliau yang menjadi rujukan dan materi perkuliahan ataupun bahasan keumatan lainnya. Hal ini menandakan kesemangatan beliau dalam kontribusi dan memuliakan ilmu.
Atas jasa-jasa dan karya-karyanya, HAMKA memperoleh anugerah penghargaan, yaiktu Doctor Honoris Causa dari Universitas Al Azhar Cairo (1958), Doctor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia (1958) dan gelar Datuk Indono dan Pangeran Wiroguno dari Pemerintah Indonesia.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari BUYA HAMKA. Untuk menjadi motivasi dalam semangat menuntut ilmu. Semoga kesuksesan selalu bersama an