Keutamaan Puasa 'Asyura
Alhamdulillah, kita sudah memasuki tahun baru 1440 H. Diawal tahun baru ini, tepatnya di bulan Muharram ini tentu sebagai orang beriman, akan terus meneguhkan hati, mengokohkan jiwa dengan spirit hijrah. Diantaranya adalah hijrah untuk semakin bersungguh-sungguh dalam jalan ketaatan-NYA. Bulan Muharram adalah satu diantara 4 bulan yang disebut Allah dalam Al Quran sebagai asyhurul hurum atau bulan-bulan yang mulia/suci (Rajab, Dzulqodah, Dzulhijah dan Muharam). Ada beberapa kemuliaan yang terdapat dalam bulan Muharram ini, diantaranya adalah sunah berpuasa di hari kesepuluh atau puasa 'Asyura.
Puasa 'Asyura
Puasa Asyura adalah puasa sunnah yang dikerjakan pada tanggal/hari ke-sepuluh bulan Muharram. Hukumnya sunah muakadah, yakni sunnah yang sangat dianjurkan.
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam senantiasa mengutamakan puasa ini, bahkan perhatian beliau lebih besar dibandingkan puasa-puasa sunah lainnya.
Sejarah Puasa 'Asyura
Sebelum syariat untuk puasa sunah Asyura ini diberlakukan, orang-orang Yahudi melaksanakan puasa pada waktu kesepuluh bulan Muharram. Karena bagi mereka, Pada hari tersebut Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa as dan Harun dan Bani Israil dari pengejaran Fir'aun dan bala tentanranya di Laut Merah. Sebagai wujud syukur terhadap peristiwa tersebut maka mereka berpuasa.
Dari sahabat Abbas ra berkata,
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah, maka beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari 'asyura. Beliau (Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam) bertanya kepada kaum Yahudi tersebut, "Ada apa ini?"
Mereka menjawab, "Ini adalah hari baik. Pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka. Maka Nabi Musa as berpuasa pada hari ini"
Nabi saw berkata, " Saya lebih layak dengan Nabi Musa dibandingkan dengan kalian"
Maka beliau berpuasa 'Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa 'Asyura. (HR.Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendorong kita melakukan puasa pada bulan Muharram sebagaimana sabda beliau,
"Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah - Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam" (HR. Muslim, dari Abu Hurairah)
Mari kita ambil rujukan tentang hal ini, misal dari Imam AnNawawi - rahimahullah- menjelaskan, "Hadits ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan untuk berpuasa adalah bulan Muharram". (Syarh shahih Muslim, 8:55)
Keutamaan Puasa 'Asyura
1.Menghapus dosa setahun yang lalu
Abu Qatadah Al-Anshary berkata,
"Nabi shallallahu'alaihi wasallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah, beliau menjawab, "Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang". Beliau juga ditanya tentang keistimewaan puasa 'Asyura, beliau menjawab, "Puasa 'Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu" (HR.Muslim no.1162)
2.Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan
Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda,
"Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah bulan Muharram dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam" (HR.Muslim)
Dan diantara hari-hari di bulan Muharram tersebut, lebih dianjurkan pada tanggal 10 Muharram ('Asyura).
Puasa Tasua
Apa itu puasa Tasua ?
Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan puasa 'Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,
"Yaa Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani" Lantas beliau mengatakan,
"Apabila tiba tahun depan, insyaa Allah, kita akan berpuasa pula pada hari ke sembilan (tasua)"
Ibnu Abbas ra mengatakan,
"Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu'alaihi wasallam sudah keburu meninggal dunia" (HR.Muslim)
Seperti keterangan di atas, bahwa sebelum tuntunan puasa tanggal 10 Muharram ('Asyura) diperintahkan Nabi saw sebagai puasa sunah, orang-orang Yahudi telah terlebih dahulu melakukan puasa di tanggal 10 Muharram ini, sebagai rasa senang atas terbebaskannya Musa as dan Harun serta Bani Israil dari kejaran Firaun dan tentaranya.
Nah, dalam rangka untuk menyelisihi dengan orag Yahudi yang berpuasa tanggal 10 Muharram, maka dianjurkan untuk berpuasa pada tanggal 9 Muharram (Tasua).
Imam Asy-fafi'i dan ulama Syafi'iyah, Imam Ahmad, IShaq dan lainnya mengatakan bahwa dianjurkan (disunnahkan) berpuasa pada hari kesembilan (tasua) dan kesepuluh ('Asyura) sekaligus, karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat (berkeinginan) berpuasa juga pada hari ke sembilan. (Lihat Syarh Muslim : 8:12-13)
Tingkatan Puasa
Tingkatan puasa 'Asyura ini menurut Sayid Sabiq dalam Fiqih Sunah,
Kesimpulan
Dari keterangan di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan, diantaranya, bahwa para Ulama menjelaskan ada tiga pilihan terkait puasa Tasua dan 'Asyura, yaitu :
Puasa 'Asyura
Puasa Asyura adalah puasa sunnah yang dikerjakan pada tanggal/hari ke-sepuluh bulan Muharram. Hukumnya sunah muakadah, yakni sunnah yang sangat dianjurkan.
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam senantiasa mengutamakan puasa ini, bahkan perhatian beliau lebih besar dibandingkan puasa-puasa sunah lainnya.
Sejarah Puasa 'Asyura
Sebelum syariat untuk puasa sunah Asyura ini diberlakukan, orang-orang Yahudi melaksanakan puasa pada waktu kesepuluh bulan Muharram. Karena bagi mereka, Pada hari tersebut Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa as dan Harun dan Bani Israil dari pengejaran Fir'aun dan bala tentanranya di Laut Merah. Sebagai wujud syukur terhadap peristiwa tersebut maka mereka berpuasa.
Dari sahabat Abbas ra berkata,
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah, maka beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari 'asyura. Beliau (Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam) bertanya kepada kaum Yahudi tersebut, "Ada apa ini?"
Mereka menjawab, "Ini adalah hari baik. Pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka. Maka Nabi Musa as berpuasa pada hari ini"
Nabi saw berkata, " Saya lebih layak dengan Nabi Musa dibandingkan dengan kalian"
Maka beliau berpuasa 'Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa 'Asyura. (HR.Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendorong kita melakukan puasa pada bulan Muharram sebagaimana sabda beliau,
"Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah - Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam" (HR. Muslim, dari Abu Hurairah)
Mari kita ambil rujukan tentang hal ini, misal dari Imam AnNawawi - rahimahullah- menjelaskan, "Hadits ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan untuk berpuasa adalah bulan Muharram". (Syarh shahih Muslim, 8:55)
Keutamaan Puasa 'Asyura
1.Menghapus dosa setahun yang lalu
Abu Qatadah Al-Anshary berkata,
"Nabi shallallahu'alaihi wasallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah, beliau menjawab, "Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang". Beliau juga ditanya tentang keistimewaan puasa 'Asyura, beliau menjawab, "Puasa 'Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu" (HR.Muslim no.1162)
2.Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan
Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda,
"Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah bulan Muharram dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam" (HR.Muslim)
Dan diantara hari-hari di bulan Muharram tersebut, lebih dianjurkan pada tanggal 10 Muharram ('Asyura).
Puasa Tasua
Apa itu puasa Tasua ?
Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan puasa 'Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,
"Yaa Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani" Lantas beliau mengatakan,
"Apabila tiba tahun depan, insyaa Allah, kita akan berpuasa pula pada hari ke sembilan (tasua)"
Ibnu Abbas ra mengatakan,
"Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu'alaihi wasallam sudah keburu meninggal dunia" (HR.Muslim)
Seperti keterangan di atas, bahwa sebelum tuntunan puasa tanggal 10 Muharram ('Asyura) diperintahkan Nabi saw sebagai puasa sunah, orang-orang Yahudi telah terlebih dahulu melakukan puasa di tanggal 10 Muharram ini, sebagai rasa senang atas terbebaskannya Musa as dan Harun serta Bani Israil dari kejaran Firaun dan tentaranya.
Nah, dalam rangka untuk menyelisihi dengan orag Yahudi yang berpuasa tanggal 10 Muharram, maka dianjurkan untuk berpuasa pada tanggal 9 Muharram (Tasua).
Imam Asy-fafi'i dan ulama Syafi'iyah, Imam Ahmad, IShaq dan lainnya mengatakan bahwa dianjurkan (disunnahkan) berpuasa pada hari kesembilan (tasua) dan kesepuluh ('Asyura) sekaligus, karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat (berkeinginan) berpuasa juga pada hari ke sembilan. (Lihat Syarh Muslim : 8:12-13)
Tingkatan Puasa
Tingkatan puasa 'Asyura ini menurut Sayid Sabiq dalam Fiqih Sunah,
- Pertama : Puasa tiga hari, 9-10-11 Muharram.
- Kedua : Puasa dua hari, 9-10 Muharram.
- Ketiga : Puasa sehari saja, 10 Muharram.
Kesimpulan
Dari keterangan di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan, diantaranya, bahwa para Ulama menjelaskan ada tiga pilihan terkait puasa Tasua dan 'Asyura, yaitu :
- Puasa satu hari saja, yaitu pada hari 'Asyura atau 10 Muharram.
- Puasa dua hari, yaitu hari Tasua dan 'Asyura atau 9 dan 10 Muharram.
- Puasa tiga hari, yaitu hari Tasua, hari 'Asyura dan sehari setelahnya atau 11 Muharram. (Pendapat Syaikh Ibn Baz dalam fatwanya : "Maka itu semua baik. Semua ini dengan maksud untuk menyelisihi Yahudi").